Pada tahun 2007, Uni Eropa (UE) secara resmi melarang penggunaan paraquat, sebuah herbisida yang selama ini banyak digunakan di sektor pertanian. Keputusan ini diambil sebagai bentuk komitmen terhadap perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan hidup, khususnya bagi para pekerja pertanian yang rentan terpapar bahan kimia beracun ini.
Larangan tersebut memicu tren global. Hingga saat ini, lebih dari 70 negara—termasuk Tiongkok, India, Thailand, Brasil, Malaysia, dan Peru—telah mengikuti langkah serupa dengan melarang atau membatasi penggunaan paraquat secara ketat.
Bahaya Paraquat dalam Industri Pertanian
Meskipun masih legal di beberapa negara berkembang, bahaya paraquat menjadi sorotan utama dalam dunia pertanian modern. Industri besar seperti perkebunan kelapa sawit telah mengakui bahwa toksisitas akut dan sifat residu paraquat bertentangan dengan prinsip produksi berkelanjutan.
Sebagai contoh, banyak lembaga sertifikasi sawit berkelanjutan kini melarang penggunaan paraquat karena efeknya terhadap kesehatan pekerja, kualitas tanah, dan risiko kontaminasi lingkungan. Di beberapa negara, herbisida ini hanya boleh digunakan oleh pekerja berlisensi dengan prosedur keselamatan yang ketat.
Gugatan Hukum dan Kasus di Amerika Serikat

Meskipun Amerika Serikat masih mengizinkan penggunaan paraquat (per Juni 2025), lebih dari 6.000 gugatan hukum telah diajukan terhadap produsen besar seperti Syngenta dan Chevron. Gugatan ini menuduh bahwa paparan paraquat menyebabkan penyakit Parkinson.
Sebagai respons, Syngenta dilaporkan telah menandatangani kesepakatan awal untuk penyelesaian massal, namun proses hukum masih berlangsung dan mendorong pengawasan tambahan di berbagai negara bagian seperti California, yang mempertimbangkan pembatasan lebih ketat.
Dampak Kesehatan dan Lingkungan
Efektivitas paraquat sebagai herbisida tidak sebanding dengan risiko yang ditimbulkannya. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 70% kasus keracunan paraquat berujung pada kematian. Selain itu, studi dari National Institutes of Health (NIH) AS menemukan hubungan signifikan antara paparan paraquat dan peningkatan risiko penyakit Parkinson.
Para ilmuwan menyebutkan bahwa paraquat dapat merangsang produksi senyawa oksigen reaktif yang merusak struktur sel otak. Di sisi lain, dari segi lingkungan, paraquat sangat persisten di tanah dan berpotensi mencemari ekosistem melalui proses desorpsi, terutama di daerah dengan tanah lempung dan curah hujan tinggi.
Alternatif yang Lebih Aman: Glyphosate dan Metode Lain
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya paraquat, banyak petani dan pelaku industri mulai mencari alternatif herbisida yang lebih aman namun tetap efektif. Salah satu alternatif yang banyak dipilih adalah glyphosate.
Keunggulan Glyphosate Dibanding Paraquat:
- Risiko toksikologi lebih rendah terhadap manusia dan hewan.
- Tidak bersifat kontak secepat paraquat, tetapi menyerap secara sistemik untuk hasil lebih tuntas.
- Lebih mudah terurai di lingkungan sehingga dampak jangka panjang lebih minimal.
- Dukungan riset dan regulasi lebih luas, termasuk panduan penggunaan aman.
Selain glyphosate, alternatif lain meliputi glufosinate, 2,4-D, diquat, hingga metode mekanis seperti pencabutan manual dan pembajakan tanah.
Temukan Solusi Herbisida yang Lebih Aman Bersama Bahtera
Bahtera menyediakan berbagai solusi pengendalian gulma yang efektif, ramah lingkungan, dan sesuai dengan regulasi terbaru. Dukung pertanian yang aman dan berkelanjutan dengan memilih produk-produk yang bertanggung jawab.
Hubungi tim kami sekarang untuk konsultasi produk dan rekomendasi herbisida yang lebih aman dari paraquat.