Rasa tak puas dengan prestasi masa lampau serta keinginan agar makin kompetitif di masa depan mendorong manajemen PT Bahtera Adi Jaya (Bahtera) melakukan transformasi bisnis. Selama ini Bahtera dikenal sebagai perusahaan kimia yang mapan dan mampu menyediakan one stop solution bagi sekitar 1.800 pelanggan (B2B).
Perusahaan yang berpusat di Kawasan Industri Candi, Semarang, ini tiap tahun mampu tumbuh dua digit dengan omzet ratusan miliar, dan sudah punya cabang di Tangerang dan Surabaya. Namun, manajemennya merasa perlu membuat perusahaan berkinerja lebih baik sehingga kemudian melakukan transformasi.
Sekitar tiga tahun lalu, manajemen Bahtera melihat ada tanda-tanda perlambatan pertumbuhan dari 2018 ke 2019, baik dari sisi revenue maupun gross profit. “Kemudian kami analisis, tampaknya mulai muncul comfort culture. Kebanyakan karyawan merasa stuck di comfort zone, sehingga mulai kurang inovasi dan tidak ada penambahan principal,” kata Djwa Daniel Gunnar Hutomo, Business General Manager PT Bahtera Adi Jaya.
Lalu, dari sisi manajemen SDM, key performance indicators (KPI) yang ada dinilai sudah tidak fit dan cenderung membuat karyawan kurang termotivasi untuk berprestasi. Karyawan muda pun kurang tertantang untuk mencapai kinerja superstar. Ditambah lagi, dari sisi eksternal juga berdatangan kompetitor baru dari kalangan perusahaan kimia multinasional yang masuk ke Indonesia dengan sumber daya lebih kuat.
Hal-hal itu mendorong manajemen Bahtera segera melakukan penguatan melalui program transformasi. “Kami melakukan transformasi secara menyeluruh dengan tema human transformation through technology. Tujuannya, to create significant and continuous business leap through culture shift, relevant value-added service, and technology implementation,” papar Daniel.
Pihaknya percaya bahwa transformasi harus dimulai dari orang, bukan teknologi. “Kami mulai fokus pada peningkatan kualitas kompetensi sehingga nanti berjalan bersama dengan perkembangan teknologinya,” katanya.
Di Bahtera, ada tiga agenda utama yang dijalankan dalam program transformasi. Pertama, membangun right people in the right seat. Kedua, meningkatkan kemampuan dalam customer-oriented process improvement. Ketiga, melakukan digitalisasi.
Dari sisi SDM dan organisasi, Bahtera memang melakukan pembenahan organisasi dan struktur. Dulu di dalamnya dibagi dalam beberapa departemen, seperti sales dept, Business Development dept, dan marketing dept.
“Kami kemudian mengubah konsepnya menjadi business unit, sekarang kami punya delapan business unit. Di bawah masing-masing business unit itu ada sales department sendiri, business development-nya sendiri, dan juga marketing-nya sendiri,” kata Daniel. Pola itu diharapkan bisa mempercepat pencarian prinsipal baru, dan pelayanan ke tiap-tiap industri pun bisa lebih fokus dan tajam.
Pengukuran kinerja juga mulai menggunakan KPI balanced scorecard, yang meliputi empat perspektif: financial, customer, internal business process, serta learning and growth. Pihaknya bekerjasama pula dengan coach eksternal untuk memberikan pelatihan dan membuat silabus pelatihan.
Agenda transformasi kedua, melakukan customer-oriented process improvement. “Kami mengubah konsep dari jualan produk ke jualan solusi,” ujar Daniel. Dalam hal ini, Bahtera membantu klien dengan memberikan solusi dari sisi pemasaran, yaitu membantu mereka melakukan riset tren pasar dan analisisnya, sehingga mereka bisa menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Kemudian, memberikan solusi dalam hal pengembangan produk dengan membantu membuatkan formulasi produk jadi (end product) untuk mendapatkan komposisi yang sempurna sesuai dengan kebutuhannya. Juga memberikan solusi dalam hal supply chain, dengan cara membantu pengelolaan logistik, termasuk dalam penyimpanan, pengurusan dokumen, dan pengiriman sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Yang juga sangat penting dalam transformasi, Bahtera aktif melakukan digitalisasi agar memudahkan seluruh partner dalam berkomunikasi dan bertukar informasi secara seamless. Bahtera banyak melakukan investasi di bidang digitalisasi, mulai dari menerapkan ERP, mengimplementasi digital workspace, memasang software pengontrol produktivitas, dan menerapkan CRM.
Digitalisasi pun dilakukan pada aspek pemasaran. Perusahaan ini beriklan di dunia online, seperti melalui website, LinkedIn, Instagram, dan YouTube. Untuk memperkuat ritme transformasi, Bahtera juga meluncurkan logo dan identitas baru perusahaan.
Untuk menyukseskan program transformasi, Leader dari masing-masing divisi biasa melakukan meeting bersama secara berkala dengan tim yang dibentuk untuk transformasi, juga dengan karyawan. “Kami juga membuat beberapa media kampanye, seperti video, untuk sosialisasi tujuan perubahan ini yang dikomunikasikan ke seluruh level karyawan. Di sana tantangan terbesarnya adalah bagaimana visi perusahaan bisa turun ke semua level karyawan dengan benar,” Daniel menjelaskan.
Sejauh ini, upaya transformasi sudah menunjukkan tanda-tanda hasil yang positif, terutama dari sisi antusiasme karyawan untuk mengembangkan kinerja dan berubah ke arah yang lebih baik. Dari sisi bisnis, selama pandemi pihaknya berhasil menemukan ceruk-ceruk pasar baru yang diyakini akan menjadi pasar masa depan, seperti produk terkait hygiene, healthcare, dan green energy.
“Saat pandemi kami sudah siap dengan beberapa bidang baru, seperti healthcare dan hygiene. Itu merupakan suatu bisnis yang benar-benar membantu Bahtera bertumbuh dengan sangat pesat saat pandemi,” kata Daniel tandas. Bahtera kini melayani tak kurang dari delapan sektor industri, di antaranya Personal Care & Aroma, Coating & Construction, Food and Beverages, Healthcare and Hygiene, Animal and Aquaculture, Agro & Emulsion Polymerization dan Green Energy.
Sumber: SWA.co.id