Indonesia, dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km dan kekayaan alam yang melimpah, memiliki potensi luar biasa untuk menjadi negara maritim terkuat di dunia. Salah satu sektor yang menonjol adalah akuakultur, di mana Indonesia telah berkembang pesat sebagai produsen komoditas akuakultur sejak tahun 1990. Namun, meskipun potensi besar ini, ada beberapa tantangan yang harus diatasi agar sektor ini dapat mencapai puncaknya.

Potensi Akuakultur Indonesia

Indonesia memiliki luas lahan perikanan budidaya yang sangat besar, mencapai 17,91 juta hektare. Namun, pemanfaatan lahan tersebut masih tergolong rendah, hanya 5,35%. Pada 2020, meskipun terjadi stagnasi akibat pandemi, produksi dari industri akuakultur Indonesia tetap stabil. Tahun 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang nasional mencapai 2 juta ton per tahun, yang menandakan ambisi besar untuk mengembangkan industri ini.

Sebagai bagian dari upaya pemerintah, program Kampung Perikanan Budidaya bertujuan membangun lebih dari 130 tambak yang terintegrasi dengan fasilitas lengkap. Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan ekspor, tetapi juga diharapkan mampu memperkuat ketahanan pangan, memulihkan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja baru.

PT Bahtera Adi Jaya: Mengambil Bagian dalam Pengembangan Akuakultur

Melihat potensi besar ini, PT Bahtera Adi Jaya (BAJ), yang memiliki pengalaman lebih dari satu dekade di industri kimia, khususnya di bidang Animal Health and Aquaculture, ingin berkontribusi dalam mencapai target pemerintah. Agung Purnawan, Business Development Manager PT Bahtera Adi Jaya, menegaskan, “Dengan strategi dan sumber daya yang tepat, kami percaya angka produksi udang Indonesia bisa ditingkatkan hingga dua juta ton per tahun.”

Selain itu, Bahtera juga menanggapi permintaan pasar yang terus meningkat. Selain permintaan ekspor, konsumsi domestik Indonesia terhadap produk akuakultur juga terus tumbuh, dengan rata-rata konsumsi ikan mencapai 60 kg per kapita. Hal ini memotivasi Bahtera untuk terus melakukan riset dalam meningkatkan kualitas produk akuakultur untuk memenuhi permintaan pasar global dan domestik.

Tantangan dalam Industri Akuakultur Indonesia

Meskipun Indonesia memiliki potensi yang besar, beberapa tantangan utama masih harus diatasi. Faktor-faktor seperti kualitas air, infrastruktur, dan sumber daya manusia menjadi kunci keberhasilan industri ini. Agung Purnawan mengungkapkan, “Panjang pantai Indonesia lebih dari cukup untuk mendukung program Kampung Perikanan Budidaya ini. Dengan dukungan infrastruktur kelistrikan dan sumber daya manusia di sekitar pantai, peluang untuk mengembangkan akuakultur semakin besar.”

Salah satu tantangan terbesar dalam industri akuakultur adalah menjaga kualitas air. Akuakultur memanfaatkan air sebagai lahan budidaya, yang rentan terhadap kontaminasi, baik dari kotoran udang, pakan, hingga faktor lingkungan yang tidak terjaga. “Untuk itu, menjaga kualitas air menjadi hal yang sangat penting,” tambah Agung.

Solusi dari Bahtera: Biosekuriti untuk Akuakultur Berkelanjutan

Untuk mengatasi masalah kualitas air, PT Bahtera Adi Jaya memperkenalkan produk-produk biosekuriti, yang merupakan serangkaian tindakan dan produk yang dirancang untuk mencegah kontaminasi tambak oleh penyakit berisiko tinggi. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh industri akuakultur adalah kualitas air yang sering terkontaminasi. Dengan solusi biosekuriti, Bahtera menawarkan desinfektan berbasis klorin untuk menjaga kebersihan air tambak, serta produk berbasis peroksida dan amonium kuarterner untuk membunuh virus.

Agung menambahkan, “Budidaya udang memang lebih sulit dibandingkan dengan komoditas lain, karena udang tidak bisa diberi obat secara langsung. Oleh karena itu, penggunaan produk seperti desinfektan, vitamin, dan probiotik sangat penting untuk menjaga keberhasilan budidaya.”

Teknologi dan Infrastruktur: Kunci Meningkatkan Produktivitas

Salah satu masalah besar dalam industri akuakultur Indonesia adalah dominasi tambak tradisional, yang tingkat kecanggihan teknologinya masih rendah. Sebagian besar tambak ini masih menggunakan metode manual, yang menyulitkan untuk mengukur produktivitas dan kinerja. “Tantangan terbesar dalam industri akuakultur adalah masih banyaknya tambak tradisional. Produktivitasnya rendah, dan key performance indicator (KPI)-nya sulit diukur,” ujar Agung.

Untuk mengatasi hal ini, Bahtera tengah mengembangkan fokusnya di daerah Indonesia Timur, yang memiliki potensi besar dalam produksi akuakultur. Dengan penelitian dan pengembangan yang mendalam, Bahtera berharap dapat menyediakan solusi lengkap untuk industri ini, baik dari segi bahan kimia maupun teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas.

Harapan Bahtera untuk Masa Depan

Agung berharap, dengan kontribusi Bahtera dalam menyediakan produk kimia yang aman dan efektif, industri akuakultur Indonesia dapat berkembang berkelanjutan. “Kami ingin menjadi solusi biosekuriti yang dapat mendukung kelangsungan industri akuakultur dan membantu Indonesia menjadi pemimpin dalam industri akuakultur dunia,” tutup Agung.

Dengan langkah strategis dan kolaborasi antara sektor pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin industri akuakultur global.