Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat kebijakan fortifikasi pangan. Langkah ini tidak hanya penting, tetapi juga terasa sangat relevan mengingat masalah anemia, stunting, dan kekurangan gizi mikro masih menjadi tantangan di banyak daerah.
Fortifikasi pangan dilakukan mengikuti standar BSN dan pedoman dari Kementerian Kesehatan, dengan tujuan sederhana: memperbaiki status gizi masyarakat tanpa mengubah pola makan mereka. Pendekatan ini efektif karena masuk ke bahan pangan yang sudah dikonsumsi setiap hari.
Pemerintah daerah, dinas terkait, dan bahkan kampus seperti UNUSA turut bergerak bersama untuk memberikan edukasi, pendampingan industri, hingga riset. Namun, satu hal yang terus muncul sebagai tantangan adalah akses teknologi, khususnya bagi industri kecil dan pelaku UKM yang ingin menerapkan fortifikasi dengan benar.
Dan di sinilah isu “bagaimana cara memastikan fortifikasi berjalan sesuai standar?” menjadi sangat penting.
Tepung Terigu Sebagai Prioritas Fortifikasi
Tepung terigu memiliki jangkauan konsumsi paling luas di Indonesia. Produk turunannya mencakup:
- Mi instan dan mi basah
- Roti, pastry, dan donat
- Kue, cookies, dan biskuit
- Camilan berbasis tepung dan gorengan
Karena itu, menambahkan zat besi ke tepung terigu memberikan dampak besar pada tingkat populasi. Setiap batch tepung yang terfortifikasi berpotensi masuk ke ribuan hingga jutaan porsi makanan.
Keunggulan fortifikasi tepung terigu:
- Konsumsi stabil dan tinggi
- Distribusi industrinya luas, dari pabrik besar hingga UKM
- Dapat meningkatkan asupan zat besi tanpa mengubah pola makan
Inilah alasan tepung menjadi komoditas paling strategis untuk intervensi gizi mikro.
Peran Zat Besi dan Jenis yang Dipakai untuk Fortifikasi
Dalam tubuh, zat besi berfungsi dalam tiga hal utama, yaitu:
Dalam program fortifikasi, tiga bentuk zat besi berikut paling banyak digunakan karena stabilitas dan bioavailabilitasnya:
- Ferrous Sulfate (FeSO₄)
Bioavailabilitas tinggi; sering digunakan pada tepung. Cocok untuk produk dengan proses pemanasan.
- Ferrous Fumarate
Lebih stabil dan tidak terlalu memengaruhi warna atau rasa, sehingga ideal untuk produk roti dan kue.
- NaFeEDTA
Sangat efektif untuk pangan berbasis gandum yang mengandung fitat tinggi (zat yang menghambat penyerapan besi). Sering dipilih untuk meningkatkan efisiensi fortifikasi.
Setiap bentuk zat besi memiliki dosis dan parameter kualitas berbeda, karena itu pengujian rutin sangat diperlukan untuk memastikan konsentrasi berada pada rentang standar nasional.
Tantangan dalam Mengawasi Mutu Fortifikasi
Walaupun program fortifikasi sudah berjalan bertahun-tahun, penerapannya kerap terus menghadapi beberapa tantangan teknis, seperti:
Variasi Proses Produksi
Perbedaan mesin, homogenisasi, dan teknik pencampuran dapat menyebabkan kadar zat besi tidak merata antar batch.
Stabilitas Zat Besi Selama Penyimpanan
Kelembapan, suhu, dan oksidasi bisa menurunkan konsentrasi zat besi, terutama pada produk yang disimpan lama.
Kesenjangan Teknologi
Industri besar biasanya memiliki laboratorium internal, sedangkan UKM belum tentu memiliki alat yang memadai untuk verifikasi rutin.
Kewajiban Kepatuhan Regulasi
Produsen harus memastikan kadar zat besi sesuai SNI agar produk terfortifikasi benar-benar bermanfaat dan lulus audit.
Karena itu, diperlukan alat uji yang khusus, cepat, portable, dan akurat agar pengawasan mutu tidak hanya bergantung pada laboratorium besar.
iCheck™ Iron: Alat Ukur Zat Besi yang Dirancang untuk Industri Pangan
iCheck™ Iron adalah alat portabel yang memungkinkan pengukuran zat besi secara cepat dan presisi, baik di laboratorium maupun langsung di lapangan.
Keunggulan iCheck™ Iron:
- Metode analisis yang akurat: hasil sebanding dengan peralatan lab konvensional.
- Waktu hasil yang cepat: cocok untuk QC harian atau pemeriksaan onsite.
- Prosedur sederhana: dapat digunakan oleh operator non-ahli kimia.
- Portabel: memudahkan audit pabrik, pendampingan UKM, dan surveilans lapangan.
- Konsumsi sampel kecil: efisien untuk pengujian rutin.
Dengan kemudahan ini, iCheck™ Iron menjawab tantangan kesenjangan teknologi yang sering dihadapi industri kecil, sekaligus mendukung standar kontrol mutu yang dibutuhkan oleh industri besar.
Penguatan kebijakan fortifikasi pangan oleh Pemerintah Jawa Timur menunjukkan perhatian yang semakin besar pada gizi mikro. Namun upaya ini hanya dapat berjalan efektif bila industri mampu memastikan kadar fortifikasi sesuai standar.
iCheck™ Iron hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut: cepat, akurat, dan praktis digunakan pada berbagai skala industri. Bahtera siap mendukung pengadaan serta pendampingannya agar proses pengawasan mutu fortifikasi berjalan lebih lancar dan lebih merata.
Dengan penerapan dan pengawasan yang baik, fortifikasi zat besi pada tepung terigu bukan hanya program gizi, tetapi investasi jangka panjang bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Temukan solusi Anda bersama Bahtera di sini.