Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat, tren konsumsi minuman sehat dan fungsional terus berkembang. Salah satu yang paling mencuri perhatian dalam beberapa tahun terakhir adalah matcha. 

Minuman berbasis bubuk teh hijau ini dikenal lewat warnanya yang cerah, rasa khasnya yang lembut, serta tampilannya yang estetik, tak heran jika matcha sering menghiasi lini masa media sosial. Dari kedai kopi hingga rak supermarket, matcha kini hadir di berbagai sudut kehidupan kita. 

Popularitas matcha terus meningkat. Data pasar menunjukkan bahwa industri matcha global diperkirakan akan terus tumbuh pesat, seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap manfaat antioksidan dan kandungan L-theanine yang menenangkan. Selain diseduh menjadi minuman, matcha juga sering digunakan dalam aneka kreasi makanan seperti kue, es krim, hingga hidangan gurih. 

Namun di balik manfaat dan kepopulerannya, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan—terutama bagi mereka yang memiliki masalah lambung: kandungan kafein matcha. Meski sering dianggap lebih “ringan” dari kopi, matcha tetap mengandung kafein dalam jumlah yang tidak sedikit.  

Apa itu Matcha? 

Matcha adalah bubuk teh hijau murni yang berasal dari daun teh berkualitas tinggi (Camellia sinensis), yang dibudidayakan dengan metode khusus di Jepang, seperti di daerah Uji dan Nishio. Salah satu ciri khasnya adalah proses penanaman dengan naungan, yang dilakukan 20–30 hari sebelum panen untuk meningkatkan kandungan L-theanine dan klorofil. 

Setelah dipanen, daun teh segera dikukus, dikeringkan, lalu dipisahkan dari batang dan urat daunnya. Hasilnya disebut tencha, yang kemudian digiling menjadi bubuk halus—itulah matcha. 

Berbeda dengan teh biasa yang hanya diseduh airnya, matcha dikonsumsi utuh bersama ampasnya. Karena itu, kandungan zat aktif dalam matcha, termasuk kafein, jauh lebih tinggi. Sebagai gambaran: 

Jumlah ini tentu bisa bertambah tergantung takaran dan kualitas matcha yang digunakan. 

Kafein Matcha dan Pengaruhnya terhadap Asam Lambung 

Kafein merupakan stimulan alami yang bekerja langsung pada sistem saraf pusat, dan juga dapat memengaruhi sistem pencernaan. Konsumsi kafein dalam jumlah berlebihan, atau pada individu yang sensitif, berpotensi memicu masalah matcha asam lambung, seperti: 

  • Peningkatan produksi asam lambung 
    Kafein merangsang sel-sel parietal di lambung untuk menghasilkan lebih banyak asam klorida. Jika tidak diimbangi dengan perlindungan lambung, hal ini dapat menyebabkan iritasi atau nyeri pada area lambung. 
  • Melemahkan otot sfingter esofagus bagian bawah (LES) 
    LES berfungsi sebagai katup antara kerongkongan dan lambung. Bila kafein membuat katup ini lebih “longgar”, maka asam lambung bisa naik ke kerongkongan dan menimbulkan gejala seperti heartburn atau sensasi panas di dada. 
  • Memicu gejala dispepsia 
    Seperti perut kembung, rasa begah, mual, atau bahkan muntah—terutama jika matcha dikonsumsi saat perut kosong. 

Benarkah Matcha Bisa Memicu Asam Lambung? 

Jawabannya bisa ya, terutama bagi individu yang memiliki: 

  • Riwayat GERD atau refluks asam lambung 
  • Tukak lambung atau gastritis 
  • Sensitivitas tinggi terhadap kafein 

Meski matcha juga mengandung L-theanine—zat yang dikenal menenangkan dan dapat menyeimbangkan efek kafein—risiko iritasi lambung tetap ada. Apalagi jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau tanpa makan terlebih dahulu. 

Namun, bukan berarti matcha harus dihindari sepenuhnya. Respons tubuh terhadap kafein sangat individual. Untuk sebagian orang, konsumsi satu cangkir matcha dalam sehari mungkin tidak menimbulkan keluhan. Kuncinya adalah mengenali batasan tubuh masing-masing. Cobalah mulai dari porsi kecil, dan perhatikan apakah muncul gejala tidak nyaman setelah mengonsumsinya. 

Solusi Bahtera: Redakan Asam Lambung dengan Vonoprazan 

Bagi Anda yang sering mengalami keluhan seperti nyeri ulu hati, heartburn, atau mual setelah minum matcha atau minuman berkafein lainnya, Vonoprazan dapat menjadi salah satu pilihan terapi yang lebih modern dan efektif. 

Vonoprazan adalah obat golongan Potassium-Competitive Acid Blockers (P-CABs), yang bekerja dengan cara menghambat pompa asam lambung secara lebih stabil dan cepat dibandingkan PPI (Proton Pump Inhibitors) seperti omeprazole. 

Keunggulan Vonoprazan: 

  • Cepat diserap dan mulai bekerja dalam 1,5–2 jam setelah konsumsi 
  • Efektif dalam kondisi perut kosong maupun setelah makan 
  • Menekan produksi asam lambung lebih lama, berkat waktu paruh sekitar 7,7 jam 
  • Menghambat pompa proton aktif dan tidak aktif, memberikan perlindungan menyeluruh 
  • Efektif untuk GERD resisten PPI dan tukak lambung, dengan tingkat penyembuhan >95% 
  • Meningkatkan eradikasi H. pylori hingga >88%, bahkan untuk strain yang resisten terhadap klaritromisin 
  • Profil keamanan yang baik, ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar pasien 

Bahtera Adi Jaya menghadirkan Vonoprazan dengan dokumentasi lengkap untuk kebutuhan industri farmasi di Indonesia, sebagai alternatif pengobatan yang andal bagi pasien dengan penyakit lambung terkait asam. 

Matcha adalah minuman kaya manfaat yang cocok menjadi bagian dari gaya hidup sehat. Namun, bagi pemilik lambung sensitif, penting untuk memahami efek kafein matcha terhadap tubuh dan tidak mengabaikan sinyal yang diberikan tubuh. 

Konsumsi secukupnya, perhatikan waktu dan cara penyajiannya, serta dengarkan respons tubuh Anda. Jika gangguan lambung tetap muncul, konsultasikan dengan tenaga medis untuk penanganan yang tepat. Solusi seperti Vonoprazan bisa membantu Anda menikmati hari—dan secangkir matcha—tanpa rasa khawatir. Temukan solusi Anda bersama Bahtera di sini.