Industri makanan dan minuman terus beradaptasi menghadapi perubahan yang dipicu oleh inflasi, volatilitas harga bahan baku, dan pergeseran perilaku konsumen. Di tahun 2025, sektor roti dan kue berada di persimpangan penting antara menekan biaya, menjaga kualitas, dan tetap relevan dengan permintaan pasar yang berubah cepat.

Tekanan Harga Bahan Baku Mendorong Inovasi Produk

Harga bahan baku utama seperti gula dan tepung terigu mengalami kenaikan signifikan. Per Maret 2025, harga gula konsumsi naik 5,39% menjadi Rp18.444 per kg, melampaui Harga Acuan Pembelian (HAP) nasional sebesar Rp17.500 per kg. Sementara itu, harga tepung terigu kemasan mencapai Rp12.911 per kg, dan tepung terigu curah Rp9.781 per kg.

Kondisi ini memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan strategi produksi. Salah satu pendekatan yang mulai banyak diterapkan adalah reformulasi produk—menghadirkan varian dengan ukuran lebih kecil, komposisi bahan yang lebih efisien, serta penggunaan alternatif bahan yang tetap bernutrisi.

Produk roti rendah gula, tinggi serat, hingga berbasis nabati (plant-based) juga semakin diminati, seiring meningkatnya kesadaran konsumen terhadap gaya hidup sehat yang berkelanjutan.

Visual Menarik Tetap Jadi Nilai Jual di Era Digital

Meskipun konsumen lebih berhati-hati dalam belanja, daya tarik visual tetap memainkan peran penting, terutama di kanal digital. Toko roti yang aktif memanfaatkan media sosial cenderung lebih kompetitif. Di sinilah tantangan muncul—bagaimana menciptakan tampilan produk yang menarik, tanpa meningkatkan biaya produksi secara signifikan?

Penggunaan bahan tambahan fungsional seperti Spongolit® dari BASF, misalnya, dapat membantu mempertahankan volume dan tekstur roti meskipun dengan pengurangan bahan tertentu. Hal ini memberi ruang untuk inovasi sekaligus efisiensi.

Digitalisasi dan Optimalisasi Distribusi

Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Di 2025, konsumen semakin terbiasa membeli produk makanan melalui e-commerce, baik melalui marketplace maupun platform pesan antar. Banyak toko roti lokal mulai membangun kanal distribusi digital mereka sendiri, memanfaatkan data pelanggan untuk menciptakan penawaran yang lebih personal dan tepat sasaran .

Selain itu, kerja sama dengan pemasok yang menerapkan prinsip keberlanjutan dan efisiensi kini menjadi keunggulan kompetitif. Integrasi teknologi dalam manajemen stok dan logistik juga membantu mengurangi potensi pemborosan dan mempercepat waktu pengiriman.

Menjaga Kualitas Tetap Prioritas Utama

Di tengah tekanan biaya, kualitas produk tetap menjadi faktor kunci dalam menjaga loyalitas pelanggan. Roti yang lezat, aman, dan bergizi tetap menjadi ekspektasi dasar. Oleh karena itu, memastikan standar produksi tetap konsisten, memilih bahan baku yang tepat, serta menjaga kontrol mutu di setiap tahap produksi adalah langkah penting bagi pelaku industri.

Kesimpulan

Tahun 2025 menjadi momen kritis bagi industri roti untuk meninjau ulang model bisnis mereka. Inovasi, efisiensi, dan kemampuan membaca tren konsumen adalah tiga kunci utama untuk bertahan dan tumbuh. Pelaku usaha yang mampu menyeimbangkan ketiganya akan memiliki peluang lebih besar dalam memenangkan pasar bahkan di tengah ketidakpastian. Hubungi PT. Bahtera Adi Jaya untuk meningkatkan kualitas roti Anda!